Take Off UMKM From 1.0 To 4.0
Take
Off UMKM From 1.0 To 4.0
Muh. Syahwan Ode, S.A.P.,M.A.P
Apa yang dilakukan maupun tidak
diakukan oleh pemerintah merupakan definisi kebijakan publik yang musti
dipahami agar minimalisir gesekan dalam masyarakat.
Dalam
beberapa literature kita sering menjumpai bagaimana sikap pemerintah terhadap
masalah publik, Ya terkadang mereka bertindak (Kebijakan) sesuai dengan apa
yang kita mau, namun juga tidak jarang pemerintah enggan dengan masalah
tersebut dengan dalil bahwa masalah itu belum masuk dalam ketegori masalah
publik yang urgen. Sederhananya kaya begitu kira-kira skema pemikiran
pemerintah.
Kita
bicara soal dunia UMKM, Khususnya pada daerah-daerah yang jauh dari pengawasan
atau pusat perekonomian suatu Negara. Yang mana UMKM (UMKM 1.0) ini sangat
merindukan masukan dan dukungan yang intens baik dari segi pendanaan permodalan
maupun bimbingan pengembangan produk dari pemerintah maupun lembaga swadaya
lainya. Dari beberapa sumber dikatakan bahwa penjuang UMKM 1.0 ini memiliki peran
96%
penyumbang lapangan pekerjaan, bisnis ini juga turut menyumbang 60.34% Produk
Domestik Bruto (PDB) suatu Negara, jadi mulai sekarang respeklah terhadap
mereka-mereka yang masih memperjuangan UMKM untuk bisa Take Off ke level
selanjutnya.
UMKM
itu bisa saja mandiri dengan produk dan pemasaran mereka sendiri, namun
kini mereka menghadapi tantangan baru dengan perkembangan Teknologi serta
digitalisasi pasar yang super cepat, sementara kemampuan mereka untuk ikut
dalam digitalisasi pasar itu masih sangat terbatas dibanding beberapa industry
yang telah mengenyam status 4.0 dalam segala aspek manajeman tentunya. 4.0 itu
seolah menjadi ‘’Phobia’’ atau kalimat asing bagi teman-teman UMKM yang masih
dalam level 1.0, mereka masih menjalankan manajemen produksi dan pemasaran yang
konfensional.
Sebelumnya
kita pahami dulu tingaktan level dalam bisnis generasi zaman now yang banyak
diperbincangkan ini, dimulai dari level bisnis 1.0 dimana dalam level ini musuh
atau tantangan utamanya adalah penjualan dan bagaimana membangun sebuh tim yang
sekedar melancarkan penjualan dan produksi dalam tahap ini juga bisa dikenal
dengan tahap inkubator dimana bisnis itu lahir dari sebuah ide yang sangat
prematur. Kemudian ada bisnis 2.0 yang lain lagi tantangan yakni Branding dan operation
yang kuat serta universal, Selanjutnya bisnis 3.0 yang memiliki tantangan finace engineering dan
4.0 kompetitor dan tantangan sudah asimetris, dan sini dikatan oleh beberapa
penggamat (Mardigu WP) bahwa tantangan anda adalah negara anda sendri, kebijakan
pemerintah dan kebijakan pemerintah lain.
Pemahaman
Geopolitik dan Geostategi menjadi pisau analisis kita untuk mebedah kebijakan
Negara-negara yang sangat maju dengan industry UMKMnya, contohnya saja china,
State Capitalism yang akrab melekat dinama besar Negara tersebut ‘’demi’’
memperkuat industry UMKM yang jumlahnya sangat banyak, Negara itu amat sangat protect
dengan ancaman yang bisa menjadi pesaing dalam pemasaran hasil UMKM mreka
sendiri dan hasilnya bisa dilihat sekarang seolah mereka dengan platform
ekonominya telah mampu bersaing skala global, Ya mereka telah jauh terbang dari
1.0 hingga ke puncak 4.0 dalam sebuah level indutri UMKM dan kabar terbarunya
Negara terbut sedang mengembangan level bisnis 5.0 yang telah dilakukan oleh
Japan dan neraga-negara penghasil teknomogi terkemuka lainya.
Lalu
apa yang bisa kita petik dari informasi diatas jika dibawah ke daerah kita?
tentunya ada banyak yang harus dibenahi terlebih dahulu seblum kita menyusupkan
bisnis 4.0 pada UMKM kita. Kedepan daerah harus punya Platfrom Ekonomi kratif
sendiri yang inovatif dan memiliki daya tahan terhadap tuntunan pasar serta
memiliki indentitas branding prodak yang itu bisa mewakili standar kualiats
prodak daerah kita. Kita bisa dukung dan dorong seluruh UMKM yang ada untuk
terus bisa produksi, kita bantu dari segi pendanaan modal dan promosi pada
setiap event yang sering kita adakan yang kira-kira hampir tiap bulan itu event
terus dijalankan. Menyederhanakan aturan serta izin namun tetap dengan asas
legalitas untuk usaha tertentu. Daerah juga bisa menjadi media alur distribusi
tambahan untuk pemerataan seluruh prodak yang masuk agar tidak ada lagi
momopoli dalam skema perdangan UMKM.
Promosi
dari beragam prodak yang sering dilakukan oleh pemerintah seolah belum
menemukan titik terang untuk membina satu prodak yang bisa di protect oleh
pemerintah sendiri untuk konsisten dikembangkan hingga berhasil ke pasar
mancanegara. Sekalipun pembekalan kepada para pelalu usaha dengan konsep
pemarasan era digital 4.0 sudah banyak dilakukan oleh pemerintah kita.
Banyak
asumsi yang bergulat dibenak kita, khususnya bagi penulis yang cukup tertarik
dengan beragam kebijakan publik ataupun teman-teman yang konsen pada UMKM
apakah pemerintah memamng serius untuk memajukan dan mengembangakan UMKM atau
hanya sekedar pemanis rasa dalam sebuah hidangan kebijakan.
Kita,
sering menyiapkan wadah industry berbasis 4.0 namun kita belum mampu kelur dari
zona level bisnis 1.0,2.0 dan 3.0 bahkan untuk lepas landas (instilah dlam
teori pembanguna dunia ke 3) saja dari 1.0 ke tahap 2.0 untuk skala UMKM kita
masih cukup kesulitan bagaimana mau bersaing dengan yang sudah 4.0 ya, publik
silahkan menilai….?
Dalam
sebuah Negara jika kita ingin melihatnya maju, maka industry bisa menjadi motor
pendorong utamanya, hal serupa bisa terjadi pada daerah, jika daerah kita ingin
maju dan masyarakatnya bisa mandiri maka perkuat platform untuk industry
ekonomi kreartifnya bukan hanya ‘’jalan-jalan dan pajang-pangan’’ itu prodak
yang kadang hanya menjadi pelengkap untuk sebuah agenda.
Semoga
Allah mudahkan jalan kita khususnya pejuang UMKM untuk bisa Take Off pada level
bisnis selanjutnya, dan untuk pemerintah kita doakan semoga diberi pencerahan dan
kemudahan dalam mengawal UMKM agar lebih maju dan berdaya saing.
Comments
Post a Comment