''Tambang Laut'' Potensi Maritim Wakatobi Yang Tertidur


    sulawesi Tenggara memiliki subuah kabupaten yang terletak di jantung segitiga karang dunia yang begitu terkenal akan kekayaan alam, khususnya sumber daya hasil kelautan dan perikanan yang memiliki nilai ekonomi yang sangat tinggi serta beragam kearifan lokal pengelolaan perikanan yang masih eksis ditengah kepungan peradaban modren saat ini. Tahukah anda kabupaten mana yang saya maksud? Ya tidak salah lagi Nama Kabupaten Tersebut adalah Wakatobi (Wangi-wangi, Kaledupa, Tomia, Binongko) yang dalam beberapa tahun terakhir sempat menghebohkan dunia dengan temuan keindahan dan keanekaragaman ekosistem flora dan fauna dasar laut maupun pesisir.
    Kekayaan alam wakatobi sendiri tidaklah lepas dari anunggrah yang sangat besar yang ditunkan oleh Sang Pencipta untuk dititipkan kepada masyarakat wakatobi sebagai bagian dari tanda-tanda Ciptaan-Nya bagi mereka yang berfikir. Keindahan dan kekayaan alam tersebut hingga kini terus dijaga dan dikelolah secara bijak oleh masyarakat wakatobi dengan berbagai pendekatan, mulai dari pendekatan modren dengan penerapan aturan yang ditetapkan oleh baik pemerintah pusat (Sebagai Taman Nasional) maupun oleh peremerintah daerah dengan beragam kebijakan lokal yang dijalankanya. Apakah hanya itu? Tentu tidak, Wakatobi masih memiliki pengelolaan perikanan yang oleh saya pribadi menyebutnya sebagai  ''The osean local Potector '' Ya mereka itu adalah para Kelompok adat atau masyarakat adat dengan beragam pablic policy yang mereka jalankan sendiri sebagai suatu sistem melalui pendeatan kearifan lokal sebagai suatu kebudayaan dari kesatuan Kesultanan Buton seperti contoh, sistem buka tutup musim yang masih dijalankan pada lokasi karang kaledupa untuk menjaga kelangsungan ekosistem laut.
    Dari beberapa poin diatas mulai dari anugerah yang Tuhan ciptakan untuk masyarakat wakatobi berupa potensi sumber daya alam yang berlimpah, ditambah dengan ''rekayasa'' kebijakan maupaun perlindungan alam yang dilakukan oleh pemerintah dan pihak masyarakat adat setempat (Sara), semua itu menurut hemat penulis cukupkan menjadi potensi besar untuk dikelolah secara bersama oleh UMKM, Koperasi, Industri Moderen, mupun kelompok usaha bersama lainya dengan tetap menjaga kelestarian alam serta pemberdayaan terhadap masyarakat pesisir dan sekitarnya.

Pertanyaanya Kenapa Harus Berbasiskan pada UMKM, Koprasi, Industri Moderen mupun kelompok lainya yang beorientasi bukan hanya pada provit tetapi pada pemberdayaan masyarakat?
    Dalam beberapa literasi dikatakan bahwa negara yang memiliki banyak industri memperbesar peluang negara tersebut untuk StarUp menjadi negara maju dan bisa bersinergi secara global. Konsep tersebut kita coba adopsi dan implementasikan ke daerah dimana daerah yang memiliki banyak industri baik skala kecil maupaun besar, memiliki peluang yang sangat baik untuk bisa menjadi daerah maju dan berkembang. Industri apapun itu baik perikanan, pariwisata, tambang UMKM dll yang semuanya menjalankan konsep ekonomi produksi dan distribusi barang dan jasa.

Lantas Bagaimana dengan Wakatobi sebagai kabupaten Maritim?
    Seperti dalam pembahasan awal dimana saya membahas potensi perikanan daerah yang sangat menjajikan untuk naik level atau mulai StarUp ke level pengelolaan berbasis industri (UMKM, Koperasi dll). sebelum itu, Sebagai cacatat saya selalu menyandingakan industri itu dengan UMKM, Koperasi dll karena bekaitan dengan aliran konsep pembangunan saya adalah pemberdayaan untuk kesejahteraan dan ini kita tidak boleh tafsirkan dengan Sosialisme, liberaliste ataupun paham-paham lainya karna akan panjang pembahasanya J. Kita coba fokus dulu ke potensi daerah untuk kesejahteraan rakyat serta bagaimana PAD dapat meningkat. 
    Bagi pelaku bisnis khususnya di sektor perikanan wakatobi adalah salah satu daerah yang sangat menjanjikan untuk dikelolah dengan baik, tapi apakah masyarakat akan menyerahkan potensi tersebut untuk dikeolah oleh individu-individu yang tampa memilikirkan keberlanjutan, kelestarian alam wakatobi dan keberdayaan masyarakatnya? Perlu diketahui adapun potensi ekonomis yang dimiliki oleh wakatobi dari sektor perikanan  seperti Rumput Luat yang banyak menjadi buruan buyer-buyer dari daerah jawa, ikan tuna dan ikan karang (All jenis Sunu, Kakap merah dll) menjadi obyek buruan buyer singapura via makassar, semua jenis udang atau lobster budidaya, kerang-kerangan dan masih banyak lagi item-item hasil alam wakatobi yang boleh saya katakan ini seperti tambang mineral, Plutanium, logam aktinida, Titanium, emas dan kawananya yang belum dikelolah dengan baik.
Lantas Bagaimana Kesiapan Masyarakat Untk Mengelolah Hasil Laut Kita?
    Saat ini, pada masyarakat kita khususnya mereka-mereka yang mengelolah hasil laut dituntut untuk bisa mengembagan bisnis mereka ke tahap 4.0 atau digitasiasi yang mau tidak mau masyarakat harus melek dengan bebera teknologi dan media menunjang bisnis tersebut. sebagai contoh promosi prodak maupun potensi daerah kini bisa dilakukan bukan hanya oleh pemerintah daerah saja, masyarakat lokal (generasi muda, generasi z dll) juga dituntut untuk ikut mempromosikan potensi daerah melalui sosai media dengan cara dan keartifitas masing-masing, Komunikasi buyer dan produsen saat ini sudah lebih banyak melalui aplikasi media sosial dasar seperti Whatsapp dan sangat jarang lagi malalui Short Massage Service (SMS) seperti dulu.
    Ditengah kondisi pandemi global (corona efek) saat ini, Masyarakat UMKM, Koprasi dan lain sebagainya kini harus bisa menjalankan sistem manajemen usaha dimulai dari rantai produksi hingga pemasaran harus bisa setingkat lebih maju dengan teknologi dan media sosial untuk mendorong faktor-faktor produksi dan pemasaran tadi.
    Kehadiran teknologi informasi yang cukup pesat saat ini mengajarkan kita untuk lebih pekah terhadap peluang dan tantangan yang ada didepan mata.

 Bagaimana Potensi Wakatobi bisa masuk dan bersaing di pasar global.
    Sebelumnya jauh membahas potensi pasar kita yang cukup menjanjikan khususnya dari sektor perikanan, perlu diketahui untuk beberapa item hasil laut wakatobi masih banyak kendala yang dihadapi oleh baik pengelolah hasil perikanan maupun nelayan itu sendiri sehingga bisa menciptakan prodak laut wakatobi yang sesuai dengan permintaan pasar.
    Di sektor rumput laut misalnya, untuk daerah se wakatobi mampu memproduksi hingga 2 Jtan ton pertahun. namun koneksi antara petani dan pembeli rumpul laut belum sepenuhnya melihat kualitas prodak untuk bisa masuk bersaing secara mandiri dengan daerah lain. Selanjutnya pada sektor perikanan hasil tangkap (misal ikan, gurita dll) kita masih tetap mengadapi masalah klasik seperti penanganan pasca tangkap dan belum maksimalnya pengunaan mendia-media yang bisa mendukung hasil tangkap baik ikan mupun gurita agar lebih bernilai dengan kualitas kesegaran yang tetap terjaga, sehingga image prodak hasil tangkap wakatobi bisa lebih baik dimata pasar global tentunya.
    Dari semua itu kesiapan daerah dalam pendampingi nelayan dan pengelolah hasil laut dan perikanan wakatobi sangat dibutuhkan, sehingga indikator keberhasil kebijakan daerah mengenai pemberdayaan dan perkembangan perikanan wakatobi bisa lebih spesifik meningkat ke item-item yang produktif serta bisa membangun kemandirian dan pemberdayaan masyarakat yang berkelanjutan. ‘’Semoga pembaca paham masksud baik saya J’’ Selanjutnya apakah pembagunan ini hanya di pundak pemerintah saja? Tentu tidak. Elemn-lemen pendukung lain dari pihak Swasta, LSM, Teman-teman Mahasiswa ataupun lembaga-lembaga pemantau maupun pemerhati perikanan daerah dan nasional juga dituntun untuk lebih terlibat dengan penanganan potensi perikanan daerah serta keterlibatan lembaga legistaltif dan yudikatif juga bisa menjadi faktor pendorong dalam mensukseskan potensi perikanan daerah ke pasar Internasional.

Demikian dan Terimah kasih....

        penulis

Muh. Syahwan Ode


               


Comments

Popular posts from this blog

TEORI ADMINISTRASI PUBLIK

TEORI PENDEKATAN FENOMENALOGI ALFRED SCHUZT (1899-1959)